Ketua Umum Cindai Kepri, Edi Susanto
TINTAJURNALISNEWS —Mutasi salah satu personel Polsek Jemaja di lingkungan Polres Kepulauan Anambas menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Bahkan, sejumlah tokoh dan kelompok masyarakat menyatakan penolakan dengan membuat video dukungan agar mutasi tersebut dibatalkan.
Menanggapi hal itu, Ketua Umum Cindai Kepri, Edi Susanto atau yang akrab disapa Edi Cindai, menyayangkan adanya narasi yang terkesan menggiring opini publik dan melibatkan nama masyarakat Jemaja secara menyeluruh.
“Mutasi ini saya pantau cukup masif dijadikan kontroversi. Bahkan ada video tanggapan dari beberapa kelompok dan tokoh masyarakat yang mengatasnamakan warga Jemaja. Video itu pun sampai dikirim langsung ke saya. Saya sangat menyayangkan, kenapa harus seperti ini,” ujar Edi, Sabtu (31/05/2025).
Edi mengaku telah melakukan konfirmasi langsung kepada beberapa rekan dan kenalannya di Polres Anambas terkait dasar mutasi tersebut. Dari hasil penelusurannya, mutasi itu dilakukan secara prosedural dan personel yang dimutasi masih tetap bertugas di wilayah hukum yang sama.
“Yang bersangkutan hanya dimutasi dari Polsek Jemaja ke Polres Anambas dan bahkan masih menjabat sebagai Kepala SPKT Polres. Artinya, dia masih tetap bisa berbakti untuk masyarakat Jemaja. Letaknya juga tidak jauh, masih memungkinkan bolak-balik jika dibutuhkan,” jelas Edi.
Ia menekankan bahwa kebijakan mutasi adalah kewenangan institusi Polri yang sudah melalui pertimbangan dan analisa jabatan secara internal. Masyarakat, menurutnya, tidak perlu terlalu jauh mencampuri urusan tersebut apalagi sampai terprovokasi.
“Kita sebagai masyarakat harus lebih bijaksana, jangan mudah terprovokasi. Kalau memang ada keberatan atau pandangan, sampaikan langsung ke pimpinan, baik Kapolsek maupun Kapolres. Jangan membuat video yang justru menimbulkan kesan seolah ada penggiringan dari pihak tertentu,” tegas putra asli Jemaja ini.
Lebih jauh, Edi berharap bahwa video dukungan yang beredar benar-benar murni berasal dari masyarakat atas dasar kedekatan dan kecintaan terhadap personel yang bersangkutan, bukan karena pengaruh atau rekayasa dari pihak lain yang memiliki kepentingan tertentu.
“Kalau memang sayang dan merasa dekat dengan personel tersebut, datang dan sampaikan secara langsung. Jangan hanya melihat dari satu sisi saja, karena institusi Polri punya alasan kuat untuk melakukan mutasi,” tambahnya.
Edi juga menyinggung soal pentingnya menghindari praktik-praktik yang menyerupai “raja-raja kecil” di daerah, yakni oknum yang meski berpangkat rendah namun memiliki pengaruh besar dan bergaya seperti pengusaha.
“Sudah banyak contoh di tempat lain. Ada juga tokoh nasional dan pengacara kondang yang ikut mengkritisi fenomena seperti ini. Jangan sampai terjadi di Polres Anambas, khususnya di Polsek Jemaja,” tandasnya.
Terakhir, Edi yang juga dikenal kritis terhadap potensi mangkraknya pembangunan Pelabuhan Roro Jemaja Timur ini berharap, mutasi tersebut menjadi langkah regenerasi dan lahirnya personel baru yang mampu lebih berbaur dan berdampingan dengan masyarakat.
“Kita butuh sosok Polri yang menjadi pelindung dan pengayom masyarakat dengan cara yang humanis. Semoga mutasi ini justru membuka jalan ke arah yang lebih baik,” tutup Edi.