Foto Ilustrasi
TintaJurnalisNews –Menjelang Pilkada 2024 di Kabupaten Bintan, Mhd Agustamir WanQhar, tokoh lokal yang dikenal vokal, angkat bicara terkait situasi politik yang dinilai kurang mencerminkan esensi demokrasi.
Kondisi di mana hanya satu pasangan calon (paslon) yang bertarung dalam pemilihan ini memicu pertanyaan mendasar: Apakah ini benar-benar pesta demokrasi atau sekadar formalitas?
Ammer, putra asli Bintan-Kijang, menyampaikan keprihatinannya terhadap kurangnya pilihan bagi masyarakat dalam Pilkada tahun ini.
“Demokrasi sejatinya memberi ruang bagi rakyat untuk memilih dan mengevaluasi kandidat terbaik. Namun, ketika hanya ada satu paslon, di mana letak hak rakyat untuk memilih?” ungkapnya.
Ia mengemukakan pandangannya bahwa “kotak kosong” yang mungkin muncul dalam Pilkada Bintan berpotensi menurunkan makna demokrasi.
“Idealnya, pemilu menyediakan pilihan alternatif, sehingga masyarakat benar-benar bisa menilai kualitas setiap kandidat. Kalau hanya satu calon, di mana kompetisinya?” lanjutnya dengan nada kritis.
Lebih lanjut, Ammer menyoroti aspek kampanye dan debat yang biasanya menjadi ajang adu gagasan antara para calon.
“Kalau hanya satu calon, lalu debat itu untuk apa? Bukankah ini hanya menyisakan pilihan formalitas tanpa esensi demokrasi yang sehat?” katanya.
Ia juga menyampaikan harapannya kepada partai politik dan para tokoh agar menciptakan iklim politik yang lebih kompetitif di masa mendatang.
“Bintan harusnya lebih terbuka bagi berbagai tokoh potensial, sehingga rakyat punya lebih banyak pilihan yang bisa mewakili aspirasi mereka,” tegas Ammer.
Dengan Pilkada yang semakin dekat, masyarakat Bintan dihadapkan pada dilema: memilih satu-satunya paslon atau memberikan suara pada “kotak kosong”.
Ammer mengingatkan bahwa pilihan terhadap kotak kosong seharusnya tidak dipandang sebelah mata.
“Kita sering lupa bahwa Tuhan memiliki rencana yang mungkin tak terduga,” ujarnya sambil menegaskan posisinya yang netral.
Pilkada Bintan kali ini bukan hanya soal memilih pemimpin, tapi juga menjadi refleksi mendalam tentang masa depan demokrasi di daerah tersebut.
Apakah Pilkada kali ini benar-benar mencerminkan aspirasi rakyat atau sekadar menjadi formalitas?
(Edo Jurnalis)