Debat Pilkada Tanjungpinang 2024
TintaJurnalisNews –Debat Pilkada Tanjungpinang 2024 berlanjut dengan topik menarik tentang bagaimana para pasangan calon (Paslon) akan mengembangkan kota melalui konsep smart city dan ekonomi biru untuk memajukan seni dan budaya lokal.
Pertanyaan yang diajukan menyoroti bagaimana para calon akan mengatasi tantangan seperti dominasi hiburan digital, stigma sosial terhadap karir di bidang seni, dan keterbatasan akses terhadap sarana budaya di tengah era digitalisasi.
Paslon nomor urut 1, Rahma-Rizha, memaparkan visi mereka dengan mengacu pada capaian Tanjungpinang sebagai smart city sejak tahun 2022, ketika Rahma menjabat sebagai Wali Kota.
Rahma menegaskan bahwa selama masa kepemimpinannya, berbagai inisiatif telah dilakukan untuk mendukung seni dan budaya, termasuk pemberian hibah kepada sanggar seni dan paguyuban dari tahun 2021 hingga 2023.
“Kami juga menyelenggarakan berbagai acara budaya setiap tahun, kecuali saat pandemi COVID-19. Bantuan berupa alat kesenian juga diberikan kepada kelompok seni di Tanjungpinang,” ungkap Rahma.
Ia menyadari adanya “distorsi” antara generasi muda dan budaya, di mana budaya cenderung diasosiasikan dengan kalangan orang tua. Untuk itu, Rahma-Rizha berencana menghidupkan kembali semangat berbudaya di kalangan milenial dan Gen Z dengan program-program yang relevan.
Salah satu rencana mereka adalah menyelenggarakan festival budaya, memperkenalkan Gurindam 12 sebagai bagian dari muatan lokal di sekolah-sekolah, dan menciptakan modul pembelajaran berbasis budaya Melayu.
“Kami ingin Gurindam 12 tidak hanya dikenal, tetapi juga menjadi bagian dari kurikulum lokal agar generasi muda Tanjungpinang dapat memahami nilai-nilai budaya yang ada,” tambah Rahma.
Selain itu, Paslon Rahma-Rizha berkomitmen melanjutkan inovasi digital dengan konsep smart city yang sudah berjalan.
“Proses administrasi seperti pembayaran retribusi PBB kini bisa dilakukan dengan mudah melalui genggaman tangan, hanya dengan mengakses dari ponsel. Kami akan terus meningkatkan layanan digital ini agar masyarakat dapat mengakses pelayanan publik dengan cepat dan efisien,” jelasnya.
Paslon nomor urut 2, Lis Darmansyah-Raja, menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai budaya sejak usia dini. Lis menjelaskan bahwa pendidikan budaya harus dimulai sejak anak dalam kandungan hingga usia balita.
“Sejak dini, anak-anak harus diberikan pendidikan tentang budaya dan etika, sehingga mereka tumbuh dengan identitas budaya yang kuat,” ujar Lis.
Lis juga menyoroti dampak digitalisasi yang dapat membawa efek positif dan negatif bagi kebudayaan.
Ia menyatakan bahwa, sebagai pemimpin, mereka akan berusaha memaksimalkan dampak positif dari teknologi dengan memperkenalkan sejarah dan nilai-nilai budaya melalui media digital yang bisa diakses generasi muda.
“Kami akan memanfaatkan teknologi untuk menyampaikan pesan budaya dan sejarah kepada generasi muda dengan cara yang menarik dan relevan,” tambahnya.
Debat ini memberikan gambaran yang jelas mengenai bagaimana kedua pasangan calon berencana untuk mengintegrasikan konsep smart city dan ekonomi biru dalam pembangunan kota Tanjungpinang, dengan fokus pada seni dan budaya sebagai bagian dari pengembangan ekonomi kreatif yang berkelanjutan.(Edo Jurnalis)