Mahasiswi Nyaris Bundir di Jembatan Dompak, Satriadi: STIE Pembangunan Segera Evaluasi Sistem Bimbingan Skripsi

STIE Pembangunan Tanjungpinang

TINTAJURNAKISNEWS –Terkait mahasiswi STIE Pembangunan Tanjungpinang berinisial M (22) nyaris mengakhiri hidupnya dengan melompat dari Jembatan Dompak, Rabu (12/3/2025).

Beruntung, nyawanya berhasil diselamatkan oleh seorang nelayan yang sigap menolongnya. Dugaan sementara, M mengalami depresi akibat tekanan akademik, terutama skripsinya yang tak kunjung selesai.

Kejadian ini pun memunculkan pertanyaan besar mengenai sistem bimbingan skripsi dan dukungan psikologis bagi mahasiswa di STIE Pembangunan.

Untuk itu, Tinta Jurnalis News mengonfirmasi langsung kepada Satriadi, dosen di kampus tersebut, guna memperoleh klarifikasi terkait sistem bimbingan akademik dan kesehatan mental mahasiswa.

Menanggapi kejadian ini, Satriadi menjelaskan bahwa sistem bimbingan skripsi di STIE Pembangunan bersifat fleksibel dan tidak memberatkan mahasiswa.

“Penjadwalan bimbingan dibuat sefleksibel mungkin sesuai kondisi mahasiswa, dan kami selalu memprioritaskan kepentingan mereka,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa kampus telah memiliki unit khusus yang menangani kesehatan mental mahasiswa.

“Mahasiswa bisa berkonsultasi dengan unit kemahasiswaan terkait kesehatan mental, dan para dosen juga selalu berupaya memberikan motivasi kepada mahasiswa agar dapat menyelesaikan studinya,” tambahnya.

Namun, saat ditanya mengenai data mahasiswa yang mengalami stres akibat skripsi, Satriadi mengakui bahwa pihak kampus belum memiliki data detail terkait hal tersebut.

“Sejauh ini, belum ada mahasiswa yang mengeluhkan kesulitan dalam menyusun skripsi,” jelasnya.

Terkait dugaan adanya tekanan akademik yang berlebihan, Satriadi menyebut faktor eksternal seperti media sosial dan lingkungan sekitar turut mempengaruhi mental mahasiswa.

“Banyak standar ganda di media sosial yang membentuk persepsi tertentu tentang bagaimana mahasiswa harus menyelesaikan skripsi, ditambah dengan tekanan dari keluarga atau pergaulan,” katanya.

Sebagai langkah antisipasi, STIE Pembangunan langsung mengadakan rapat evaluasi internal guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang.

“Kami berharap ini menjadi kasus pertama dan terakhir. Evaluasi sistem bimbingan akan segera dilakukan,” tutup Satriadi.

Kejadian ini menjadi pengingat penting bagi dunia akademik bahwa tekanan akademik dapat berdampak serius pada kesehatan mental mahasiswa.

Diperlukan sinergi antara kampus, dosen, dan lingkungan sekitar untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih suportif dan inklusif.