LSM JAGER Hadiri FGD Bahas Bahaya Hoaks dan Polarisasi Digital: Wujud Komitmen Cerdas Bermedsos Demi Keutuhan Bangsa

FGD Bahas Bahaya Hoaks dan Polarisasi Digital

TINTAJURNALISNEWS —Lembaga Swadaya Masyarakat Jalinan Generasi Reformasi (JAGER) turut ambil bagian dalam kegiatan Forum Group Discussion (FGD) bertajuk “Bermedsos Sehat Tanpa Hoaks, Disinformasi, dan Polarisasi untuk Memelihara Kehidupan Berpolitik dan Berbangsa” yang berlangsung di Jakarta Pusat, Senin (20/10/2025).

Kegiatan yang menghadirkan sejumlah narasumber seperti Bandot Nendi Malera, S.E., Arief Bawono, serta moderator Qonita Nur Khodijah Riahdin, turut diikuti oleh mahasiswa, masyarakat, dan berbagai elemen LSM.

FGD ini menjadi wadah penting dalam memperkuat kesadaran publik akan ancaman serius dari hoaks, disinformasi, dan polarisasi di media sosial yang kian marak di era digital. Diskusi ini menyoroti bagaimana derasnya arus informasi tanpa filter kini berpotensi mengaburkan batas antara fakta dan manipulasi.

Para pembicara menegaskan bahwa hoaks merupakan informasi palsu yang sengaja diciptakan untuk menyesatkan, sedangkan disinformasi adalah bentuk yang lebih terstruktur dan strategis, sering kali digunakan untuk memengaruhi opini publik secara sistematis. Adapun polarisasi menjadi dampak lanjut dari dua hal tersebut, di mana publik terbelah dalam ruang gema (echo chamber) yang mempersempit ruang dialog dan memperlebar jarak sosial.

Menurut data Kementerian Kominfo, selama tahun politik 2024 lalu, terdeteksi lebih dari 1.700 konten hoaks politik yang tersebar di berbagai platform digital. Fakta ini menunjukkan bahwa literasi digital masyarakat masih perlu diperkuat secara berkelanjutan.

Ketua Umum LSM JAGER menyampaikan rasa syukur dan apresiasinya atas kesempatan berharga dapat terlibat dalam forum ini.

“Kami bersyukur dan berterima kasih kepada para senior serta pihak penyelenggara karena melibatkan LSM JAGER dalam FGD ini. Kegiatan ini sangat bermanfaat, tidak hanya bagi anggota kami, tetapi juga bagi masyarakat luas. Kami dibekali pemahaman serta kiat-kiat untuk mengantisipasi bahaya hoaks, disinformasi, dan polarisasi di media sosial,” ujarnya.

Lebih lanjut, forum tersebut juga membahas strategi antisipatif seperti penguatan literasi digital kritis, kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, akademisi, media, dan masyarakat sipil, hingga pentingnya membangun ruang publik yang sehat dan terbuka untuk dialog.

Sebagaimana disampaikan dalam diskusi, melawan hoaks bukan hanya soal memverifikasi fakta, tetapi juga menjaga kewarasan kolektif agar bangsa tidak terjebak dalam kebisingan digital. FGD ini menegaskan bahwa partisipasi publik yang sehat tidak lahir dari keseragaman opini, melainkan dari keberanian untuk berdialog dengan pikiran terbuka.